Senin, 20 Juli 2009

Pemilihan "Man of the Year"

Pemilihan "Man of the Year"
Pria sebagai Objek Seks?

Baru beberapa hari yang lalu produsen minuman tinggi protein khusus pria bersama sebuah stasiun tv swasta menyiarkan secara langsung acara pemilihan Man of the Year yang penilaiannya diantaranya didasarkan kepada penampilan, kebugaran, dan talenta dalam dunia entertainment.

Sebanyak belasan peserta tentu saja merupakan para pria gagah yang penampilannya prima, dan tentu saja menonjolkan bagian tubuh yang dijadikan dasar penilaian, yaitu tubuh bagian depan: perut dan dada, dengan tidak mengesampingkan kerupawanan wajah.

Acara tersebut telah diadakan untuk ke-6 kalinya, semenjak tahun 2003. Dari lima orang Men of the year sebelumnya, bebrapa memilih menjadi wirausahawan, dan selebihnya, sebagian besar, menjadi praktisi dunia entertainment.

Di Indonesia, ajang pemilihan seperti ini bukan hal baru. jauh sebelumnya, acara-acara serupa telah banyak dilakukan, tetapi dalam format yang berbeda, yitu pemilihan Puteri atau Ratu Kecantikan, ratu kampus atau acara yang digelar untuk kepentingan promosi pariwisata, misalnya mojang jajaka Jawa barat, atau Abang None Jakarta yang juga dilakukan di banyak provinsi di Indonesia.

Keikutsertaan perempuan dalam kontes-kontes kecantikan memang telah lama menjadi kontroversi, terlebih lagi kontes kecantikan yang mengharuskan para kontestannya untuk mengenakan busana yang sangat terbuka atau bahkan pakaian renang yang membuat pemakainya terlihat nyaris tidak berpakaian. banyak orang berpendapat bahwa ini merupakan salah satu bentuk eksploitasi terhadap perempuan, yang ujung-ujungnya menjadikan perempuan sebagai komoditi demi suksesnya pemasaran suatu produk. Atau, lebih jauh lagi, ada juga yang berpendapat, bahwa ajang semacam ini menjadikan perempuan sebagai objek seks.

Berbicara mengenai objek seks yang selama ini telah lama diderita perempuan, ada fakta menarik untuk diperbincangkan, yaitu terdapat kecendarungan yang mulai menjadikan laki-laki sebagai objek seks.
Salah satu bentuknya dalah pemilihan pria gagah yang baru-baru ini ditayangkan di salah satru stasiun tv.

Ketika perempuan dijadikan sebagai objek seks, tebtu saja yang menjadi penikmatnya adalah laki-laki. Namun, ketika laki-laki menjadi objek seks, siapakah yang akan mengambil tempat sebagai penikmatnya?

1 komentar:

  1. sampai saat ini, manusia juga bisa menjadi barang komoditas yang bisa diperjualbelikan. dijual rupa wajah dan bentuk tubuhnya demi mengeruk keuntungan yang besar dari perusahaan, utamanya perusahaan kosmetik. mereka akan mengincar perempuan-perempuan 'cantik' menurut kategori mereka yang putih, yang mulus tanpa belang, tinggi, dan langsing dengan patokan tinggi badan orang kulit putih...

    dan ternyata, sasaran mereka bukan hanya perempuan saja mereka meluaskan pandangan mereka bahwa laki-laki juga sesungguhnya bisa 'dijual'terutama laki-laki yang bisa menampilkan dirinya sebagai sosok yang gagah secara fisik, berotot, sixpect, macho yang bisa melindungi kaum perempuan dan kalangan yang sudah tua.tak heran kalau kemudian muncul-muncul audisi-audisi seperti itu.

    dunia kita dan kehidupan kita akan diarahkan oleh kepentingan industri dan ditentukan oleh industri atau bahasanya kaum kiri, kapitalis brooo...

    BalasHapus